Hakikatnya Dzikir itu Nikmat/Lezat [ashlu dzikr attaladdud wal halawah]. Tapi kalau (sedang) Dzikir (terasa) nikmat maka berhenti (Dzikir-nya). Mengapa? Agar rindu (Dzikir)-nya semakin dalam, jadi kita ingin (Dzikir) lagi. Ketika kita berDzikir jangan suka enak sendiri. Apalagi saat berjamaah, seragam dan kompak-kan irama Dzikir-nya. Makmum atau siapapun yang gabung (Dzikir) belakangan, harus menyesuaikan nadanya dengan imam, atau siapapun yang lebih dulu melantunkan Dzikir.
–Hadrotusyeikh Ahlu Dzikr Abah Aos Ra Qs–
Salam, al-Khoolish [5 Juni 2017, 08:55]
#DzikirItuBikinKetagihan
#MakanyaPendakwahnyaDisebutPecanduAtauPengedar
#SelaraskanKetukanNadaDzikirnya
#LaguJugaEnakDidengarKalauIramanyaPasDanTidakFals
#DzikirEnakDidengarItuSyiar
Al – Amiin | Pembantu Khusus Abah Aos Sufi Order for A Better World Order