Dzikir itu pisau yang tajam [sikien]. Untuk apa? Untuk menyembelih hawa nafsu. Nafsu Amarah, sembelih. Nafsu Lawwamah, sembelih. Nafsu Mulhimah, sembelih. Bahkan Nafsu Muthmainah saja masih kita sembelih. Pada masa Tuan Syeikh [Ahli Silsilah 19], penyembelihan Nafsu-nafsu itu dilakukan satu persatu dengan jumlah bilangan Dzikir tertentu. Sekarang, penyembelihannya kita cicil dengan dawam Dzikir setelah sholat, sampai benar-benar menjadi jiwa yang tidak saja tenang, tapi juga ringan dan senang dalam ibadah, dalam kebajikan. Jiwa yang di sini senang di sana senang
–Hadrotusyeikh Ka’batul Abror Abah Aos Ra Qs–
Salam, al-Khoolish
Al – Amiin | Pembantu Khusus Abah Aos Sufi Order for A Better World Order